Apakah GONTOR itu NU atau Muhammadiyah ?
Pertanyaan ini sering kali diajukan oleh para calon wali santri pada PRIMAGO. Karena mungkin banyak di antara mereka menganggap afiliasi GONTOR ini sangat penting bagi masa depan pendidikan putra putri mereka, termasuk tentang keberislaman anak mereka.
Sebelum kita mengetahui afiliasi GONTOR pada dua ormas besar Islam tersebut, ada baiknya kita perlu mengetahui akar sebab kenapa sering muncul pertanyaan diatas dan mencoba meluruskan persepsi yang terbangun ditengah masyarakat muslim.
NU dan Muhammadiyah adalah Organisasi Masyarakat (Islam), Bukan Mazhab dalam Islam
Biasanya mereka yang bertanya tentang GONTOR itu NU atau MUHAMMADIYAH karena menganggap bahwa kedua organisasi itu adalah salah satu mazhab/aliran dalam Islam yang berpengaruh dalam cara memandang memahami serta menjalankan ajaran (syariah) Islam seperti 4 mazhab yang terkenal di dunia Islam (Syafii, Hambali, Maliki dan Hanafi).
Padahal NU dan Muhammadiyah itu hanyalah organisasi masyarakat Islam dari sekian banyak ormas Islam di Indonesia, dan bukanlah mazhab aliran dalam agama Islam. Hal ini haruslah diketahui dan dipahami oleh masyarakat secara luas agar tidak muncul kesalahpahaman dikemudian hari yang kadang justru merugikan kesatuan umat itu sendiri.
Meski ada beberapa perbedaan antara NU dan Muhammadiyah dalam masalah hukum Islam (Furuiah Syariah) khususnya dalam praktek ibadah ritual sehari hari. Namun perbedaan tersebut bukanlah sesuatu yang prinsipil dan dibesar besarkan.
Secara ritual ibadah memang kebiasaan beribadah di GONTOR agak dekat ke NU seperti ada qunut subuh (namun tidak diwajibkan), ada doa setelah sholat berjamaah yang suara di jahr/keraskan, azan sholat jumat dua kali. Yang mana hal seperti ini tidak dilakukan dalam tradisi ritual ibadah kaum Muhammadiyah.
Tapi secara pemikiran dan pemahaman GONTOR lebih dekat dengan cara pemikiran dan pemahaman Muhammadiyah yang moderat dan modern serta progresif dan dinamis dalam gerakan organisasinya.
Namun dua hal kedekatan kultural tersebut tidak menjadikan GONTOR bagian atau underbow kedua ormas besar umat Islam di Indonesia tersebut secara struktural. GONTOR berdiri secara mandiri diatas kaki dan caranya sendiri. GONTOR bukan dan tidak akan menjadi NU, juga bukan dan tidak akan menjadi Muhammadiyah meski unsur kultur ke dua organisasi diatas juga ada di GONTOR.
Bila diadakan sensus latar belakang organisasi masyarakat para (wali) santri, maka bisa dipastikan sebagian besar para santri GONTOR berlatar belakang NU dan Muhammadiyah. Bahkan tidak sedikit mereka justru bagian dari kaderisasi dua lembaga umat Islam tersebut yang disekolahkan di GONTOR. Mengingat sistem pendidikan GONTOR merupakan pendidikan kaderisasi penggerak umat dan masyarakat.
Itu kenapa tidak sedikit para alumni GONTOR yang bergerak dan menjadi penggerak diberbagai organisasi Islam lokal, nasional maupun internasional. Termasuk di NU dan Muhammadiyah

Alumni GONTOR Menjadi Pimpinan NU dan Muhammadiyah
Sebagai lembaga Islam terbesar di Indonesia, maka NU dan Muhammadiyah tersebar dan menyebar di seluruh wilayah. Tidak sedikit alumni GONTOR yang ikut bergerak dan menggerakkan roda organisasi kedua lembaga tersebut secara struktural maupun kultural di wilayahnya masing-masing.
Bahkan pernah pada satu masa yang sama pimpinan puncak kedua lembaga besar tersebut dipimpin oleh dua alumni GONTOR secara bersamaan. Mereka adalah Alm. KH. Hasyim Muzadi yang menjadi ketua umum PBNU (ke-4) selama 2 priode (1999 – 2010) dan Prof. K.H. Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, M.A., Ph.D atau lebih dikenal dengan Din Syamsudin yang menjadi Ketua Umum Muhammadiyah (ke-14) selama 2 periode (2005–2015).
Dimasa kepemimpinan mereka berdualah (warga) NU dan Muhammadiyah diberbagai daerah terlihat semakin akrab dan dekat. Mengingat sebelumnya sering sekali terjadi gesekan gesekan di akar rumput kedua organisasi tersebut hanya karena masalah perbedaan furuiyah ibadah.
Dan bisa jadi mereka yang bertanya tentang NU atau Muhammadiyah kah GONTOR ini adalah mereka yang masih terpapar sisa sisa residu gesekan masa lalu akar rumput di kedua organisasi tersebut. Sehingga masih muncul sentimen fanatik dalam diri pada kedua organisasi NU dan Muhammadiyah ini.
Motto Pendidikan Pondok Modern GONTOR
Dalam hal ini Trimurti pendiri GONTOR sendiri sudah membuat garis tegas independensi GONTOR dari semua organisasi yang ada di masyarakat yang dituangkan dalam sebuah motto yang menjadi misi pendidikan GONTOR :
Berdiri Diatas Dan Untuk Semua Golongan (agar bisa) Menjadi Perekat Umat.
KESIMPULAN
- GONTOR bukan dan tidak berada dibawah NU maupun Muhammadiyah. GONTOR berdiri sendiri sebagai lembaga pendidikan yang independen dari organisasi manapun. Baik organisasi keagamaan maupun organisasi politik.
- Santri GONTOR berasal dari berbagai macam latar belakang organisasi yang diikuti oleh orang tua mereka. Bahkan tidak sedikit mereka adalah kader terbaik organisasi-organisasi tersebut yang digembleng di GONTOR.
- GONTOR menjalin hubungan baik dengan NU dan Muhammadiyah serta seluruh ormas Islam di Indonesia, tidak sedikit alumni GONTOR yang bergerak dan menggerakkan roda organisasi tersebut.
